Manggar (Humas) – Peran orang tua sebagai teladan utama dalam membentuk persepsi anak tentang peran gender kembali ditegaskan dalam kegiatan pembinaan pasca perkawinan yang diselenggarakan oleh PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) pada Jumat (08/08) pagi di Balai Kantor Camat Manggar.
Acara yang berlangsung hangat dan penuh interaksi ini menghadirkan narasumber Mohammad Aminollah, Penyuluh Agama Islam dari KUA Simpang Renggiang, Kemenag Belitung Timur. Mengusung tema “Peran Orang Tua sebagai Teladan Peran Gender bagi Anak”, kegiatan ini menekankan pentingnya keterlibatan seimbang antara Umak (ibu) dan Ayah dalam proses pengasuhan anak, bukan hanya dalam aspek praktis sehari-hari, tetapi juga dalam pembentukan nilai, karakter, dan cara pandang anak terhadap relasi gender di dalam keluarga.
Ayah Tidak Hanya Mencari Nafkah, Umak Tidak Hanya Mengurus Dapur
Dalam paparannya, Mohammad Aminollah mengajak para peserta untuk merefleksikan kembali pola pengasuhan tradisional yang selama ini masih memisahkan peran berdasarkan jenis kelamin. “Jika anak laki-laki hanya melihat ayahnya sebagai pencari nafkah, dan anak perempuan hanya melihat ibunya di dapur, maka kita sedang mencetak generasi yang akan mengulang pola yang sama, dan itu berbahaya dalam konteks kesetaraan dan keadilan gender,” ujarnya.
Menurutnya, kehadiran aktif seorang ayah dalam pengasuhan—mengajak mancing, menyiapkan bekal sekolah, atau mendampingi anak saat belajar—merupakan bentuk teladan dan membangun ikatan emosional yang sangat kuat dan akan membekas dalam ingatan anak. Demikian pula seorang Umak yang mampu berdiskusi soal keputusan-keputusan keluarga, bekerja di ruang publik, dan menunjukkan kemandirian, akan membentuk persepsi positif pada anak bahwa peran gender bukanlah kotak yang membatasi, melainkan ruang yang fleksibel dan saling mendukung.
Pembinaan Pasca Perkawinan: Saatnya Evaluasi dan Perbaikan
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari pembinaan pasca perkawinan, yaitu upaya berkelanjutan untuk memperkuat kualitas rumah tangga yang telah terbentuk. Materi yang disampaikan tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga aplikatif, serta metode pengasuhan positif yang dapat membentuk karakter anak secara holistik. Peserta yang hadir terlihat antusias. Beberapa peserta menyampaikan pengalaman pribadi mereka dalam membagi peran bersama pasangan di rumah, yang kemudian menjadi inspirasi bagi peserta lain.
Kolaborasi Lintas Lembaga Demi Ketahanan Keluarga
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara PUSPAGA Dinas Sosial Kabupaten Belitung Timur, Kementerian Agama Kabupaten Belitung Timur, serta pihak Kecamatan Manggar sebagai tuan rumah. Kepala KUA Simpang Renggiang, melalui kegiatan ini, menegaskan komitmennya dalam membina masyarakat melalui pendekatan keluarga yang harmonis dan berlandaskan nilai-nilai agama.
Kegiatan PUSPAGA hari ini menjadi bukti bahwa pembinaan keluarga bukanlah sekadar urusan privat, melainkan juga bagian dari pembangunan bangsa. Karena dari keluargalah nilai-nilai luhur ditanamkan, termasuk nilai kesetaraan, tanggung jawab bersama, dan cinta yang saling menguatkan. Diharapkan, kegiatan serupa dapat terus berlanjut secara rutin, menjangkau lebih banyak keluarga di pelosok Belitung Timur.
“Mari kita mulai perubahan besar dari rumah kita masing-masing. Karena orang tua yang adil, akan melahirkan anak-anak yang penuh empati, percaya diri, dan siap membangun masa depan Indonesia yang lebih baik,” tutup Mohammad Aminollah dengan penuh harapan.
Salah satu peserta, mengaku terinspirasi. “Selama ini saya merasa urusan anak ya tugas saya, tapi setelah mendengar materi tadi, saya sadar bahwa peran Ayah sangat menentukan juga. Ini jadi momen refleksi bagi keluarga kami,” katanya.
Harapan untuk Generasi Masa Depan
Di akhir acara, peserta diajak untuk menyusun komitmen keluarga masing-masing, termasuk membagi peran rumah tangga secara setara, saling menghargai peran pasangan, dan menjadi teladan bagi anak-anak dalam memperlakukan orang lain tanpa bias gender.
Dengan kegiatan seperti ini, PUSPAGA bersama Kemenag Belitung Timur berharap akan lahir lebih banyak keluarga yang tidak hanya harmonis, tetapi juga berkeadilan gender, berakhlak mulia, dan menjadi fondasi kokoh bagi peradaban bangsa.