Simpang Renggiang, Selasa 15 Juli 2025 — Dalam semangat menyambut peserta didik baru tahun ajaran 2025/2026, SMK Negeri 1 Simpang Renggiang menggelar kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang tidak hanya memperkenalkan budaya dan tata tertib sekolah, tetapi juga membekali siswa dengan nilai-nilai kehidupan yang esensial. Salah satu sesi yang paling berkesan berlangsung pada hari Selasa, pukul 13.15 WIB, dengan menghadirkan narasumber Mohammad Aminollah, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Simpang Renggiang.
Dalam suasana yang tampak hangat dan penuh keakraban, Mohammad Aminollah menyampaikan materi dengan tema “Mengenal, Memahami, dan Menghindari Perkawinan Anak” — sebuah topik yang sangat relevan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini, khususnya bagi para remaja yang sedang memasuki masa pencarian jati diri.
Meski sesi dilaksanakan pada jam siang, yang kerap dianggap sebagai waktu paling menantang untuk berkonsentrasi, suasana aula sekolah justru hidup dan penuh perhatian.
Gaya penyampaian narasumber yang santai, komunikatif, dan penuh sentuhan humor menjadikan materi berat ini terasa ringan namun tetap menyentuh. Diskusi pun mengalir tanpa sekat, membentuk ruang dialog yang menyenangkan dan edukatif. Suara tawa sesekali terdengar, namun tidak menghilangkan esensi dari materi yang disampaikan.
Dalam penyampaian materinya, Mohammad Aminollah menekankan pentingnya para remaja untuk mengenali masa depan mereka sebagai aset berharga yang tidak boleh dikorbankan oleh keputusan tergesa-gesa seperti perkawinan anak. Ia menyampaikan bahwa perkawinan di usia yang belum matang bukan hanya menghambat pendidikan, tapi juga menyimpan risiko tinggi terhadap kesehatan, psikologis, serta kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.
“Salah satu wujud mencintai diri sendiri adalah dengan memberikan waktu untuk belajar, tumbuh, dan mengenali potensi diri secara utuh. Jangan biarkan mimpi kalian dikerdilkan oleh keputusan yang terburu-buru,” ucapnya penuh semangat, yang disambut anggukan dan tepuk tangan dari para siswa.
Hanya satu kali moderator perlu mengingatkan siswa yang tampak mulai kehilangan fokus. Namun selebihnya, para peserta tetap antusias, bahkan tampak aktif mengajukan pertanyaan serta berbagi pandangan. Waktu yang tersedia seakan tak cukup untuk menggali lebih dalam. Tanpa terasa, sesi diskusi berlangsung hingga delapan menit melewati jadwal yang ditentukan — sebuah pertanda bahwa materi ini benar-benar menyentuh sisi batin para siswa.
Kegiatan ini menjadi momen berharga yang tak hanya memperkenalkan siswa pada dunia baru bernama SMK, tapi juga membuka wawasan mereka akan pentingnya menjaga masa depan, mengenali hak-hak sebagai remaja, serta memiliki kesadaran kritis dalam mengambil keputusan.
Dengan suasana yang cair namun sarat makna, sesi ini berhasil menanamkan benih kesadaran pada diri siswa bahwa masa depan mereka tak harus diburu-buru. Karena sesungguhnya, waktu remaja adalah masa emas untuk belajar, berproses, dan mempersiapkan diri menjadi pribadi yang kuat dan berdaya.
Semoga semangat pembinaan yang menginspirasi ini terus dilanjutkan dalam kegiatan-kegiatan edukatif berikutnya, demi melahirkan generasi muda Simpang Renggiang yang cerdas, matang, dan siap membangun masa depan tanpa terjebak dalam jerat perkawinan anak.