Penulis: Abd. Maliki, S.E.
Staf Bimas Islam Kemenag Kab. Beltim
Pernahkah kita membayangkan, bagaimana sebuah kabupaten kecil di pesisir timur Pulau Belitung menghadapi masa ketika mayoritas penduduknya berada pada usia produktif? Apakah akan lahir sebuah mesin penggerak ekonomi baru, atau justru menjadi beban karena kurangnya daya serap lapangan kerja? Pertanyaan ini relevan saat kita membicarakan bonus demografi di Kabupaten Belitung Timur, terlebih bila ditinjau melalui kacamata ekonomi Islam sebagaimana sebuah sistem yang tidak hanya menekankan pertumbuhan, tetapi juga keberkahan, keadilan, dan keseimbangan.
Wajah Demografi Belitung Timur
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Belitung Timur (2021) menunjukkan, struktur penduduk dalam satu dekade terakhir didominasi usia produktif (15–64 tahun) sekitar 68–70 persen. Sementara kelompok usia muda (0–14 tahun) dan lanjut usia (65 tahun ke atas) lebih sedikit. Secara sederhana, kondisi ini adalah bonus demografi ketika jumlah penduduk produktif lebih besar dibandingkan mereka yang ditanggung.
Jika diibaratkan rumah tangga, Belitung Timur seperti keluarga dengan empat orang dewasa bekerja yang menanggung dua anak dan satu lansia. Dalam pandangan ekonomi Islam, kondisi ini merupakan amanah dari Allah SWT: sumber daya manusia yang besar harus dikelola dengan cara yang halal, adil, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Peluang Ekonomi dalam Perspektif Syariah
Bonus demografi dapat membuka banyak peluang ekonomi. Pertama, tenaga kerja yang melimpah dapat menggerakkan sektor riil, seperti perikanan, perkebunan lada, hingga pariwisata bahari. Ekonomi Islam menekankan sektor riil dan melarang praktik ribawi yang bersifat spekulatif. Artinya, peluang tenaga kerja produktif harus diarahkan pada aktivitas ekonomi yang nyata, bermanfaat, dan memberi nilai tambah.
Kedua, pertumbuhan konsumsi masyarakat usia produktif berpotensi memperkuat UMKM. Dalam Islam, muamalah mendorong perdagangan yang jujur, berkah, dan menghindari eksploitasi. Dengan berkembangnya UMKM berbasis syariah, masyarakat Belitung Timur dapat membangun kemandirian ekonomi sekaligus memperkuat ukhuwah.
Ketiga, bonus demografi bisa menarik investasi. Namun, investasi ini harus disaring sesuai prinsip syariah: bebas riba, gharar (ketidakjelasan), dan maysir (spekulasi). Investasi yang halal, misalnya dalam pengembangan pariwisata halal, perikanan berkelanjutan, dan industri kreatif Islami akan membawa keberkahan, bukan hanya keuntungan material.
Dari Potensi ke Ancaman
Namun, bonus demografi juga bisa berubah menjadi beban jika tidak dikelola. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan tingkat pengangguran di Belitung Timur relatif rendah, tetapi kualitas pekerjaan masih perlu ditingkatkan. Banyak tenaga kerja terserap di sektor informal dengan produktivitas rendah.
Dalam perspektif Islam, kondisi ini mengingatkan pada pesan Rasulullah SAW: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad). Artinya, tenaga kerja produktif yang tidak terarah adalah potensi yang hilang. Mereka bisa terjebak dalam pengangguran terselubung atau pekerjaan yang tidak memberikan nilai maslahat.
Ekonomi Islam sebagai Solusi
Agar bonus demografi menjadi berkah, Belitung Timur perlu strategi pembangunan berbasis prinsip syariah.
Pertama, pembangunan manusia (insan kamil). Pendidikan dan pelatihan harus diarahkan bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga akhlak kerja. Program vokasi bisa dipadukan dengan nilai-nilai Islam: kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja kolektif.
Kedua, penguatan UMKM syariah. Pemerintah daerah dapat mendorong pembiayaan unit usaha mikro yang beroperasi berdasarkan ketentuan syariah, seperti Baitul Maal wat Tamwil atau koperasi syariah agar pelaku UMKM terbebas dari jeratan riba. Dengan pembiayaan halal, usaha kecil bisa berkembang tanpa meninggalkan keberkahan.
Ketiga, pengembangan pariwisata halal dan ekonomi kreatif Islami. Potensi pantai dan laut Belitung Timur dapat dikemas dalam paket wisata halal yang ramah keluarga dan berlandaskan syariah. Ekonomi kreatif pun dapat berkembang melalui produk-produk lokal yang memadukan budaya daerah dengan nilai Islami, seperti kuliner halal, fesyen muslim, atau kerajinan khas berbasis komunitas.
Dari Amanah ke Keberkahan
Bonus demografi di Belitung Timur ibarat amanah besar dari Allah SWT. Ia bisa menjadi sumber keberkahan, atau sebaliknya, menjadi fitnah jika diabaikan.
Ekonomi Islam mengajarkan keseimbangan: manusia sebagai khalifah di bumi diberi tanggung jawab untuk mengelola sumber daya dengan adil, menghindari kezaliman, dan memastikan manfaatnya dirasakan semua lapisan masyarakat. Dengan kerja sama pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan generasi muda, bonus demografi dapat menjadi jalan menuju baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur yakni negeri yang baik dan mendapat ampunan Allah.
Pertanyaan kini kembali ke kita semua yakni apakah kita siap mengelola bonus demografi dengan nilai-nilai Islam sehingga menjadi berkah kolektif, bukan sekadar angka statistik? Mari jadikan ledakan usia produktif ini sebagai lokomotif ekonomi halal, adil, dan penuh keberkahan bagi masa depan Belitung Timur.